Postingan

CO2

Sudah berapa lama aku hidup dengan ini? lampu rambu lalu lintas yang terus berganti, zebracross yang sepi, kakek tua berbahu kayu nan giat, semuanya bagaikan oksigen pagiku. Kaki ku masih lincah berjalan di zebracross ini, terik matahari bersahabat dengan asap kendaraan bermesin.. Katanya, matahari pagi baik untuk tubuhku. Namun nyatanya, paru-paru ku masih saja terasa sesak, mungkin karena matahari sudah tak segagah dulu, atau mungkin karena sekarang matahari sudah lemah dan tua. sudah saatnya tugas matahari untuk mensuplai tubuhku dialihkan kepada yang mungkin lebih tangguh, kendaran beroda dengan mesin yang berkarat dan asap yang pekat, mungkin?

melupa

terbanglah, setinggi yang kau bisa cengkramlah asa menembus cakrawala larilah, secepat yang kau mampu lalu, tinggalkanlah aku biarkan kalbuku berucap memangil namamu menyebutmu, dalam doaku

Untuk Ngana

Aku yang kau tawarkan bahagia Dan hari hari yang kau ukir indah Memilih bukan untuk dipilih Hanya saja menebak ku letih Tetapi sekarang hanya 1 janjiku Dan Tuhanku lah yang tau Mempelajari jauh masa lalu Dan meyakinkan hatiku padamu 8 agustus 2016. Untuk ngana, yang disana.

Sajak tentang Rembulan dan Matahari

Aku adalah bulan, yang hadir dalam diam Memantulkan sinar  dari sang mentari Menjaga cahaya agar selalu menyinari   Aku adalah bulan, merindukan datangnya Sang Surya Memelukku walau hanya semenit saja Disatukan walau ku tahu tak akan Aku adalah Rembulan Yang menanti datangnya senja Yang senantiasa berbisik kepada TUHAN, tentang cintanya pada Matahari

Belum punya judul

Sudah lama aku menggilaimu, memanggil namamu dalam tidurku, melantunkannya dalam doaku. Tetapi sepertinya semua itu sia-sia meskipun aku percaya kepada firman tuhan bahwa "segala sesuatu tak ada yang sia-sia." Aku tahu aku salah telah begitu memujamu hingga kamu seenaknya mempermainkan kisah kita seolah olah kamulah seorang sutradara dan aku hanya pemain yang kamu buat seperti boneka, atau lebih tepatnya kamu lah dalang dalam pertunjukan wayang kisah kita. Aku sangat mempercayai kamu, bahkan hatiku telah kamu buat malwere, hingga aku tak tahu bagaimana merasakan cinta yang sebenarnya. Mungkin sekarang saatnya aku  menggunakan otakku. Seperti yang mereka bilang "cinta pakai otak!" 

Obrolan kita

Jariku masih ku dentingkan di atas meja sore ini, sambil memenunggu obrolan selanjutnya. Ya, cuaca sore ini nampak beraura ditemani senyum hangat dan obrolan bersamanya. Seperti biasanya kita membicarakan sesuatu hal yang baru tentunya tentang kehidupan kita masing masing..    Masing masing? Iya, aku dan dia tak punya kehidupan yang sama dan menurutku bukan cuma aku, tetapi setiap orang punya kehidupannya masing masing bukan?. Oke lanjut.. Aku mengenalnya baru baru ini, namun entah mengapa aku merasa mengenalnya jauh dari sebelum aku dilahirkan. Hahaha! Aku terlalu puitis menanggapinya, tidak sepantasnya aku berbicara seperti ini, memangnya dia siapanya aku? Atau lebih baik pertanyaannya aku balik menjadi, memangnya aku siapanya dia? Ahh sudahlah, aku rasa ini tak penting untuk dilanjuti toh dia pun tak pernah tahu. Kecuali jika ia tau.

Riri's sweet17th (part 2)

Di perjalanan, di angkot pertama. Gue ngerasa banget kalo gerombolan gue ini berisik bukan main, itu involunter yaa gak di sengaja loh wkwk gue sendiri kalo jadi ibu2 yang ada di satu angkot saat itu, gue akan memilih MELEPAS SENDAL JEPIT GUE DAN MELEMPARNYA KE LUAR!!! setidaknya agar mereka sadar bahwa kuping gue butuh istirahat...gue jadi mikir gimana perasaan ibu ibu yang ada di angkot kita saat itu? mungkin dalam hatinya sang ibu2 berkata, "aku telah tersesat, memilih yang salah:'( mengapa yang ku pilih angkot berisi makhluk2 seperti ini ya tuhaaann?!". atau mungkin mbak2 yang duduk di belakang abang angkot berbisik dalam hati "lindungi aku! lindungi aku!"...